Tidak sedikit dari pengendara memilih mobil bekas yang sudah berumur. Hal ini wajar, karena biasanya mobil bekas kerap dipilih, karena mobil tersebut sudah menjadi mobil impian bagi si konsumen. Jika sudah memilih mobil bekas tertentu, perawatan seperti ganti pelumas mesin mobil pastinya juga sangat diperlukan Sahabat Garasi. Hal ini dilakukan agar mobil bekas pilihan konsumen bisa kembali prima seperti awal kelahiran mobil tersebut.
Sebagai salah satu perawatan penting, memilih pelumas mesin mobil yang tepat untuk mobil bekas sering kali membuat dilema. Biasanya pertanyaan sederhana pun muncul, mulai dari fungsi pelumas pada mesin mobil hingga pelumas mesin mobil tipe encer atau kental ya yang tepat untuk mobil :bekasnya tersebut.
Dengan adanya pertanyaan seperti itu, dipastikan menggunakan pelumas mesin mobil encer atau kental tidak salah keduanya. Namun ada catatan penting yang harus diingat, yaitu pilihlah pelumas mesin mobil yang sesuai dengan spesifikasi kendaraan termasuk kekentalan pelumasnya. Jadi tidak asal pilih dan tak selamanya anggapan pelumas mesin mobil yang lebih encer memiliki kualitas lebih baik.
Karena nyatanya di Indonesia banyak yang beranggapan pelumas mesin mobil yang SAE rendah atau lebih cair itu lebih bagus daripada yang SAE nya kental. Padahal itu belum tentu benar atau belum tentu sesuai spek yang dibutuhkan.
Paling gampang memang mencontohkannya pada mobil sport, sebut saja seperti Lamborghini. Mobil sport Italia ini dikatakan lebih memilih pelumas mesin mobil yang kental seperti 10W60 dibandingkan dengan pelumas mesin mobil yang encer. Kenapa? Karena pelumas yang kental itu secara ketahanan dari sisi adiktif atau gesekan itu tidak masalah saat dikendarai.
Sehingga disarankan nih Sahabat Garasi, pilihlah pelumas mesin mobil yang cocok dengan spesifikasi mesin ya. Selain itu, yang perlu Sahabat ketahui saat membeli mobil bekas yaitu rumor pelumas mesin mobil yang basi.
Mobil bekas biasanya telah terparkir cukup lama, kira-kira pelumas mesin mobilnya akan kadaluarsa atau basi tidak ya? Sebenarnya ada satu logika sederhana untuk menjawabnya, cukup melihat dari asal muasalnya.
Seperti Sahabat Garasi dan kita semua ketahui bersama, pelumas mesin mobil atau oli itu terbuat dari minyak bumi. Minyak bumi jelas sudah pasti tidak ada kadaluarsanya atau basi, karena berada dalam perut bumi.
Namun pelumas mesin mobil yang sudah melalui beberapa proses sehingga bisa digunakan untuk mesin mobil kita. Jika tidak diganti maka bisa membuat mesin kendaraan kita tidak memiliki performa terbaik, karena zat adiktif di dalamnya sudah tidak bagus lagi.
Lalu bagaimana dengan pelumas mesin mobil yang belum digunakan, apakah ada kadaluarsanya? Nah Sahabat Garasi harus ingat nih, untuk pelumas yang belum digunakan dijamin tidak akan kadaluarsa. Asal menaruh pelumasnya dalam kondisi yang tepat, selama tidak terkontaminasi dan terkena panas terus-menerus pelumas mesin mobil masih bisa digunakan kapan saja.
Sebagai catatan, musuh pelumas mesin mobil ialah oksigen, debu, dan air. Jika ketiga partikel tersebut telah terhindari, maka pelumas mesin mobil bisa digunakan kapan saja. Oleh sebab itu, pelumas harus tetap tertutup rapat agar oksigen tidak masuk sehingga tidak terjadi oksidasi.
Sedangkan debu dan air bisa menyebabkan pelumas terkontaminasi. Jika debu masuk ke pelumas terutama yang mengandung silika. Hal ini bisa menimbulkan baret pada piston yang lama kelamaan bisa membuat aus part mesin.
Lalu bagaimana dengan air? Jangan pernah masukan pelumas yang telah terkena air, karena sudah pasti pelumas tersebut telah rusak. Karena air bisa menyebabkan emulsi di dalam pelumas.
Nah Sahabat, sekarang jadi sudah mengerti bukan pelumas mesin mobil yang kondisinya seperti apa yang masih baik digunakan untuk kendaraanmu. Jadi jangan sampai salah ya Sahabat. Berbicara pelumas mesin mobil, Sahabat harus memahami 4 fakta ganti pelumas atau oli pada kendaraan kesayangan.
Usai berkendara jauh sering kali dijadikan patokan para pemilik mobil untuk ganti pelumas mesin mobil. Namun berbicara soal ganti pelumas mesin mobil bukanlah hal sepele. Kesalahan dalam memilih atau saat megganti pelumas bisa berakibat fatal nantinya kepada mesin. Pemahaman soal oli sangat diperlukan ketika Sahabat memiliki kendaraan. Berikut 4 fakta ganti pelumas mesin mobil yang harus Sahabat pahami.
Sering Kena Macet Bikin Cepat Ganti Pelumas Mesin Mobil
Ada istilah oli stres atau sudah rusak. Artinya performa oli juga sudah menurun dalam menjalankan fungsi. Tapi benarkah kalau sering kena macet oli harus lebih sering diganti? “Menurut saya itu benar sekali. Karena mesin hidup terus tanpa ada odometer bergerak. Salah satunya, faktor panas lebih yang ditanggung mesin. Semakin panas temperatur, usia oli semakin pendek. Setiap kenaikan 10 derajat, oli semakin pendek usianya menjadi separuhnya,” ungkap Agung Prabowo selaku Technical Specialist PT Pertamina Lubricant yang dilansir dari laman oTo.com. Pada intinya, ganti oli dilakukan saat oli sudah stres dan kemacetan jalan ekstrem jadi salah satu penyebab oli cepat stres.
Sering Ganti Merek Pelumas Tidak Masalah
Berganti-ganti dalam pemilihan merek pelumas mesin mobil tidak menimbulkan masalah. Selama tipe olinya sesuai dan sama, termasuk spesifikasi dan SAE-nya sama, ganti merek sangat aman. “Kalau tipe olinya sama, juga spesifikasinya, tidak apa-apa. Selama basis olinya sama, meski beda merek, tak ada masalah,” papar Agung.
Yang perlu diperhatikan, menurut Agung, jangan sampai tercampur antara oli mineral dengan fully sintetis. Karena ada aditif yang tidak kompatibel antara keduanya. Jadi kalau mau beralih ke oli full sintetis, pastikan flushing atau pengurasan menyeluruh pada mesin agar bekas oli lama tidak tersisa lagi. Begitu juga sebaliknya. Selain itu, pastikan usia pelumas mesin mobil masih terbilang baru saat memilih full sintetis. Usia 3 – 6 bulan dipajang di toko merupakan rentang waktu yang masih bisa diterima. Lewat dari itu disarankan jangan membelinya.
Perubahan Warna Bukan Indikator Mengganti Oli
Semakin banyak bekerja oli akan semakin rusak. Warnanya juga berubah jadi lebih pekat. Wajar, karena perubahan warna menjadi indikasi kalau pelumas mesin mobil bekerja dengan baik mengikat partikel-partikel kecil agar tidak mengendap. Itu sejalan dengan salah satu fungsi oli, yakni membersihkan. Jadi perubahan warna pelumas mesin mobil semata tak bisa jadi patokan sebagai indikator waktu pergantian oli. “Oli yang bagus membawa kotoran lebih banyak, cukup lihat filternya saja. Tak perlu lama-lama, tiga hari (sejak mengganti) sudah cukup,” ucap Agung.
Tak Wajib Ganti Oli Setiap 10.000 km
Anggapan kalau oli harus diganti setelah 10.000 km itu salah. Memang masing-masing manufaktur mobil memberi acuan mengganti oli berdasarkan waktu atau jarak penggunaan. Tapi jarak 10.000 km saja tidak wajib mengganti oli. Mengganti oli tetap dilakukan karena oli sudah stres tadi dan tak bekerja dengan baik. Jadi kalau ingin mengacu pada jarak, ya sebaiknya ikuti yang disarankan oleh manufaktur.